Pages

Subscribe:

Selasa, 06 Desember 2011

Saat Dia Lebih Taat Dariku

Aku masih duduk lesehan di depan Kafetaria Mipa Unnes sembari meminum es jeruk dan membaca novel berjudul Seharusnya Cinta Seperti Secangkir Kopi nya Ricola Paserror. Hari ini cuaca terang, namun angin berhembus sedikit kencang. Daun-daun dari pohon belimbing wuluh ikut berguguran, lalu kubersihkan satu persatu agar tidak mengotori mejaku.

"Lama banget!” kulirik jam di tanganku kemudian kuarahkan pandanganku di sepanjang jalan di depan D2, gedung kuliah Matematika.

Kubaca kembali novel ditanganku. Sesaat kemudian mataku terarah pada seorang mahasiswi yang baru saja keluar dari dalam kafetaria. Tangannya membawa mangkuk dan segelas es teh. Matanya memandang sekeliling, sepertinya ia sedang mencari tempat duduk dan menyantap makanan yang ia beli. Aku terus memperhatikannya. Wajahnya tidak putih, tetapi terlihat bersih seperti memancarkan cahaya. Kulihat dia begitu anggun dengan jilbab besar berwarna merah muda yang ia kenakan. Benar-benar seperti Anna di film Ketika Cinta Bertasbih.



#

Wanita tersebut berbalik memandangku. Sepertinya dia tahu apabila sedari tadi aku terus memperhatikannya. Ia kemudian tersenyum padaku.
“Boleh duduk sini, dek?” ia berkata padaku.
“Iya, silahkan mbak.”
Setelah membaca doa ia kemudian menyantap soto dan es teh yang tadi ia beli.
“Maaf ya dek saya makan sendirian.” Ia berkata padaku lagi.
“Iya mbak, tidak apa-apa, dienakan saja.” aku kemudian tersenyum padanya.
“Adek mahasiswa baru ya? Jurusan apa dek?”
“Iya mbak saya jurusan Matematika.”
“Wah sama, mbak juga!”
Kami berdua berbincang seperti orang yang sudah lama kenal.
“Benar-benar pandai bergaul kakak ini.” bisikku dalam hati.
“Mbak ikut SIGMA ya?” tanyaku padanya.
“Iya dek kelihatan ya? Ayo dek masuk SIGMA. Menyenangkan kok!”
Aku kemudian tersenyum padanya.
“Kenapa mbak dulu tertarik masuk SIGMA?” Dengan senyum ia menjawab,
“Karena saya Muslim dek. Menurut saya mahasiswa yang beragama Islam sudah sewajarnya ikut organisasi keislaman. Terlebih lagi saya ingin saling menolong di jalan Allah. Karena apabila kita menolong jalan Allah maka Allah juga akan menolong jalan kita.”
Jawaban yang singkat namun sejuk. Sungguh, dari ekspresinya terlihat betapa ia mencintai Allah dan Islam.
“Betapa muslim yang hebatlah orang tua mbak ini.”  pikirku dalam hati.

#

“Maaf Nisa aku telat!” Seseorang memecah obrolanku dengan mbak SIGMA tadi.
“Ehh Tari, kok kamu lama banget.”
“Maaf barusan ulangan Kalkulus jadi gak bisa cepet-cepet. Ayo sekarang aja, kita udah ditunggu si Te’em di D7.”
“Iya.”
Kualihkan pandanganku pada mbak SIGMA tadi.
“Mbak teman saya sudah datang, saya duluan ya mbak.”
“Oh, iya dek.” Kami kemudian bersalaman.
“Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam warohmatullah.” jawabnya.

#
“Kamu kenal sama mbak tadi?” tanya Tari.
“Baru kenal tadi. Aduhhh….. aku lupa gak tanya siapa namanya.”
“Namanya mbak Risti. Dia semester lima.”
“Kamu kenal, Tar?”
“Nggak, Cuma tau aja. Dia dulu kakak kelasku.”
“Oh kakak kelasmu. Orangnya baik ya Tar?”
“Iya baik. Dia juga hebat, HEBAT banget.”
“Di SMA dia sering menang lomba?”
“Bukan itu maksutnya, dia hebat karena dia Muslim. Benar-benar Muslim.” Tari lalu melanjutkan,
“Kamu tahu Nis, kedua orang tua mbak Risti itu Nasrani. Dia baru masuk Islam saat kelas 1 SMA.  Guru Agama Islamku, Pak Badawi, yang mensyahadatkannya. Mbak Risti itu pinter. Dia masuk Islam karena dia tahu dan sadar bahwa Islam adalah agama yang benar, bukan karena turunan seperti kita ini.”

Subhanallah… bulu kudukku merinding mendengarnya. Orang yang baru lima tahun masuk Islam tapi ia bisa mencintai Islam sangat kuat, melebihi orang-orang yang telah beragama Islam sejak lahir. Ketawaduannya dalam berpakaian, kelembutannya dalam bertutur, obrolannya yang mencerminkan cintanya pada Islam, benar-benar membuatku MALU dan BERSYUKUR. Malu karena aku yang beragama Islam sejak lahir tidak lebih taat darinya. Dan bersyukur karena hari ini Allah telah mempertemukanku dengan wanita sholihah yang memacuku untuk lebih mencintai Islam dan tidak boleh kalah dalam hal beriman kepada Allah Subhanahu wa Taala. “Barakallah!”

Cerpen ini aku buat saat mengikuti TOS (Training Organisasi Sigma). Bingung saat disuruh bikin karya yang nyangkut-nyangkut Sigma. Berhubung doyan nulis, lahirlah ide membuat cerita ini. Terimakasih yaa buat yang namanya tertulis di cerpen ini. Nama kalian menginspirasi sekali ^^

1 komentar:

  1. ceritane menyentuh Cah.... sayange mung ngarah ing kehidupan cewek cah....

    BalasHapus

 
Rainbow Arch Over Clouds